Artikel yang
saya baca hari ini mengingatkan saya tentang kisah Hanum Salsabiela Rais di
dalam bukunya yang berjudul “Berjalan di Atas Cahaya”. Di sana Hanum menceritakan percakapannya
dengan Gloriette, seorang teman satu flat di Linz, Austria. Gloriette/Glory
selalu mengajak Hanum untuk bermeditasi. Bagi Glory, meditasi adalah cara dia
bertemu Tuhan. Glory bercerita bahwa saat seseorang melakukan meditasi maka orang itu akan mengalami 4 fase, yaitu:
1.
Fase Pertama
Mata telah tertutup rapat, tapi masih bisa mendengar
apa yang terjadi di sekelilingnya. Jika terus berkonsentrasi pada 1 titik, maka
seseorang akan masuk ke fase kedua.
2.
Fase Kedua
Pada fase ini seseorang mengalami penyatuan, tetapi
masih dalam keadaan sadar. Hati, badan, dan otak terkonsentrasi pada 1 titik.
3.
Fase Ketiga
Pada fase ini, jika seseorang terus berkonsentrasi
maka seseorang seperti berjalan terus dan terus. Orang tersebut merasakan peluh
dan keringat mulai bercucuran di sekujur tubuh, tetapi dia menerimanya dalam
pikiran bahwa saat itu seperti pancuran air yang memancar dari tepian gerbang.
4.
Fase Keempat
Merupakan fase bertemu dengan Dia
Artikel yang saya baca berisi tentang kekhusyukan
dalam menjalankan ibadah sholat. Seperti
fase-fase pada meditasi, maka tingkatan kekhusyukan masing-masing orang juga
berbeda-beda. Apakah kita benar-benar menjalankan ibadah sholat atau hanya
menjadikan ibadah sholat sebagai aktivitas rutin setiap harinya tanpa disertai
dengan kekhusyukan? Dalam hal ini akan dipaparkan lima kedudukan manusia dalam
sholat:
-
Pertama (sholatnya
seperti hukuman)
Sholatnya orang yang tergesa-gesa. Berwudhu dengan
tergesa-gesa, sholat tidak tumakninah, tidak memperhatikan syarat dan rukun
sholat. Hal ini sama saja dengan mendzalimi dirinya sendiri karena kebutuhan
ruhaninya untuk tenang bersama Rabbnya tidak ia penuhi
-
Kedua (sholatnya
adalah untuk muhasabah diri)
Mereka yang menjaga waktunya, hukum-hukumnya, dan
rukun-rukunnya secara dzahir. Akan tetapi mereka tidak bersungguh-sungguh dalam
memperjuangkan hatinya agar bebas dari keraguan dan kelalaian.
-
Ketiga (sholatnya
adalah tebusan atas dosa-dosanya)
Mereka yang menjaga waktunya, hukum-hukumnya,
rukun-rukunnya, dan bersungguh-sungguh dalam memperjuangkan hatinya agar bebas
dari keraguan dan kelalaian. Dalam sholatnya mereka sibuk berjuang agar dosa
yang dilakukannya tidak sampai mengganggu sholatnya
-
Keempat (sholatnya
adalah penambah pahala dan kebaikan)
Mereka yang menjaga waktunya, hukum-hukumnya, syarat
dan rukunnya, hatinya sibuk mengawasi sholatnya agar sesuai hukum dan
rukun-rukunnya.
-
Kelima (sholatnya
adalah penghubung dengan Rabbnya)
Sama seperti yang keempat. Bersamaan dengan itu
hatinya seakan telah terbawa di antara genggaman Allah. Ia seakan melihat Allah
dengan hatinya. Oleh karena itu sholat
menjadi penyejuk pandangan baginya.
Referensi:
1.
Buku Berjalan di Atas Cahaya (Kisah 99 Cahaya di
Langit Eropa) karya Hanum Salsabiela Rais dkk.
2.
Majalah Nurul Hayat Edisi 151 Agustus 2016.