Selasa, 03 Oktober 2017

Allah Selalu Mengingatkan Kita


*Diterbitkan di Majalah Nurul Hayat Bulan November 2015 dengan sedikit perubahan



    Terkadang kita melalaikan urusan akhirat, dan lebih mementingkan urusan duniawi. Terkadang kita terlalu banyak menimbang-nimbang sehingga banyak waktu yang terbuang. Tetapi Allah SWT akan selalu mengingatkan dengan berbagai cara-Nya yang indah, kapan saja dan di mana saja. Seperti yang saya alami sendiri. Memang bukan kisah yang luar biasa, ini hanya sepenggal kisah sederhana yang mungkin pernah kita alami juga. Tetapi dari kisah sederhana tersebut saya dapat memetik hikmah yang luar biasa.
Saya bekerja di daerah Tuban. Suatu daerah di Jawa Timur yang dekat dengan Laut Utara Jawa. Daerah yang juga terkenal dengan nama ‘bumi para wali’. Di sana terdapat makam salah satu wali songo, yaitu Sunan Bonang. Tuban dianugerahi pegunungan kapur yang luas dan hasil laut yang melimpah. Hal ini yang mendukung tumbuhnya banyak industri di daerah Tuban. Banyak pendatang dari luar kota yang bekerja di industri Tuban, termasuk saya sendiri. Akhir pekan merupakan kesempatan bagi para pendatang untuk pulang ke daerah asal. Saya sendiri tidak menyia - nyiakan kesempatan tersebut.
Saat itu adalah hari Sabtu, dan saya akan pulang ke tempat asal saya yaitu kota Malang. Pada pukul 17.00 saya sudah berdiri di tepi jalan pantura Tuban menunggu bus yang melaju ke arah Surabaya. Saya memprediksikan jika selambat - lambatnya saya mendapat bus setelah menunggu 10 menit, maka kurang lebih pukul 20.00 saya sudah sampai terminal Bungurasih. Setelah sampai di terminal Bungurasih, saya akan naik bus menuju Malang. Saya memprediksikan pukul 22.00 saya sudah sampai di Malang. Seperti yang anda duga, setelah setengah jam menunggu bus arah Surabaya tidak kunjung datang. Hari makin petang dan adzan Maghrib terdengar sangat jelas di telinga saya. Jarak 40 meter dari tempat saya menunggu bus terdapat sebuah masjid. Penduduk sekitar masjid melangkahkan lagi dengan cepat untuk mengikuti sholat berjamaah. Ada juga yang pergi ke masjid dengan mengendarai sepeda motor, yang menandakan orang-orang tersebut tidak mau ketinggalan sholat berjamaah.
Saat itu saya menimbang-nimbang. Jika saya ikut sholat Maghrib, maka saya khawatir saat sholat bus arah Surabaya akan lewat. Apabila itu terjadi maka saya akan menunggu bus lebih lama lagi. Tetapi jika saya tidak segera sholat, maka saya akan membuang - buang waktu. Godaan untuk tidak sholat Maghrib lebih besar daripada niatan baik untuk melaksanakan sholat. Akhirnya saya mengambil keputusan untuk mengabaikan panggilan sholat tersebut. Tidak mempedulikan orang - orang yang lewat di depan saya yang berniat untuk melakukan sholat Maghrib di masjid. Saya berpikir bahwa nanti setelah sampai di rumah saya masih bisa melakukan ibadah sholat  
Waktu cepat berlalu. 5 menit, 10 menit, bahkan 15 menit setelah adzan bus tidak kunjung datang. Saya mulai gelisah dan mulai menimbang-nimbang lagi. Rasanya seperti ada dua pikiran di dalam diri saya, yang satu menyuruh untuk tetap menunggu bus dan yang satu menyuruh untuk segera melaksanakan sholat di masjid. Apakah karena saat itu godaan syaitan sudah tidak mempan lagi atau apakah saya telah menyadari suatu hal, akhirnya saya menuruti pikiran yang kedua. Saya putuskan untuk segera melaksanakan sholat di masjid. Saya berpikir alangkah lebih baik jika saya melaksanakan perintah Allah. Saya langkahkan kaki menuju masjid dan benar - benar pasrah kepada Allah. Jika memang bus lewat saat saya melaksanakan sholat, saya rela menunggu bus berikutnya yang entah jam berapa akan lewat kembali.
Setelah melaksanakan sholat, pikiran menjadi jernih kembali dan kegelisahan telah menghilang. Saya langkahkan kaki menuju gerbang masjid dan berencana menunggu bus di depan masjid saja. Saat saya baru saja keluar dari gerbang masjid, beberapa meter dari arah barat melaju dengan kecepatan rendah bus ke arah Surabaya. Bus tersebut bertuliskan “Semarang – Surabaya, AC – Tarif Biasa”.  Bus AC dengan tarif biasa jarang saya jumpai ketika melakukan perjalanan dari Tuban ke Surabaya. Segera saya lambaikan tangan saya untuk mencegat bus. Ketika saya masuk ke dalam bus, saya melihat keindahan Interior di dalam, yang menandakan bus ini terawat dengan baik.
Saya sangat bersyukur telah mendapat bus yang sangat nyaman dengan harga tiket yang murah. Dari sana saya memperoleh pelajaran untuk tidak melalaikan perintah Allah. Allah tidak pernah mengulur waktu untuk memberi kenikmatan pada kita. Sejak kita dilahirkan hingga sekarang kita selalu menikmati semua hal yang diberikan Allah kepada kita. Jadi mengapa kita harus mengulur waktu untuk melaksanakan ibadah kepada-Nya? 
Ibadah sholat merupakan ibadah yang hanya memerlukan waktu beberapa menit untuk melaksanakannya.. Sekarang marilah kita instropeksi diri apakah kita masih mengulur-ngulur waktu untuk menjalankan ibadah. Jika jawabannya masih ya, mari kita ubah kebiasaan kita. Memang awalnya terasa berat dan bertentangan dengan kebiasaan kita selama ini. Tetapi tetaplah berusaha untuk melaksanakannya. Jika jawabannya tidak, maka mari kita senantiasa istiqomah menjalankannya. Kita harus tahu porsi tentang urusan duniawi dan urusan akhirat berdasarkan syariat agama. Beribadahlah sebaik-baiknya seakan-akan besok kita akan meninggalkan dunia ini. Allah tidak akan pernah mempersulit hamba-Nya. Laksanakanlah perintah Allah dan Allah akan mempermudah segala urusanmu.  


Jadi mengapa kita dalam hidup ini merasa lelah? Sementara Allah selalu menyemangati dengan Hayya ’alal Falah...
bahwa jarak kemenangan hanya berkisar antara kening dan sajadah


Tidak ada komentar:

Posting Komentar